Onani Politik; Pilkada Antara Pesta, SYukuran dan Kibul-Kibul

Jailangkung
4 Min Read

galaksi.id— Sesuatu yang kehadirannya dianggap akan mendatangkan kegembiraan, biasanya akan disambut dengan sikap suka cita oleh warga masyarakat. Ekspresi rasa suka cita, dalam tradisi masyarakat, biasanya diwujudkan secara tidak seragam antara satu kelompok dengan kelompok yang lainnya. Sebagian menyebutnya PESTA, dan sebagian lainnya menyebutnya dengan SYUKURAN.

Apa bedanya,,,??? Bagi saya, pada kata Pesta melekat adanya unsur foya-foya, sumringah, ngalor-ngidul, dan bebas ngibul-ngibul. Semuanya seolah-olah sah-sah saja dan tidak ada Tuhan. Sedangkan pada kata Syukuran, lebih tampak suasana senyap akan tetapi penuh dengan nuansa hikmad, sungguh-sungguh, dan sakral, yaitu disertai dengan adanya bacaan-bacaan yang sarat dengan puji-pujian terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Tidak ada referensi apapun yang saya pakai dalam membuat terminologi ini. Semuanya hanya berasal dari sudut pandang saya yang saya tarik berdasarkan realitas yang hidup ditengah-tengah masyarakat. Pendeknya, pesta memiliki kesan sebagai ekspresi berperilaku bebas tanpa batas. Sedangkan pada syukuran, mengandung kesan adanya kejujuran dan kesungguhan yang penuh hikmad.

Dengan demikian, maka sebagai pesta, Pemilu/Pemilukada berarti momentum suksesi yang penuh dengan aura ngibul-ngibul. Jauh dari adanya sentuhan moral. Yang penting dapat uang, lalu bersenang-senang. Titik. Tidak perduli bagaimana akibat yang akan ditimbulkan dari perilaku yang demikian bagi kehidupan bernegara akibat pemimpin yang dihasilkan dari proses yang demikian.

Tapi benarkah Pemilu/Pemilukada memang potensi menjadi ajang perilaku boros uang? Ya iyalah. Sepertinya Pemilu/Pemilukada memang merupakan pintu masuk datangnya arus uang. Darimana uangnya,,,??? Ya bisa dari penyelenggara, bisa juga dari Pasangan Calon, bisa juga dari Penumpang Gelap,,,!!! Bagaimana rumusannya,,,,???.

Selain mengalir ke kantong penyelenggara, uang juga menciprat kemana-mana. Belum lagi uang yang berasal dari Pasangan Calon (Paslon), dan belum lagi uang yang berasal dari Penumpang Gelap. Uang tersebut mengalir deras ke berbagai pihak, antara lain ke Pengusaha, ke aktivis, ke wartawan, maupun ke segmen-segmen lain dalam berbagai rupa kegiatan, termasuk dan tidak terbatas kepada masyarakat pemilih.

Jadi, menyambut Pemilu/Pemilukada, bahagia itu ada pada Penyelenggara, ada pada pengusaha, ada pada wartawan, dan jago ngibul-ngibul. Maka tak jarang, pasca Pemilu/Pemilukada, konon ada banyak Orang Kaya Baru (OKB), termasuk akan tetapi tidak terbatas, Penyelenggara Pemilu. Terutama kalangan yang jago ngibul-ngibul.

Tapi Pemilu/Pemilukada bukanlah pesta biasa. Tapi Pesta Demokrasi. Jadi, meskipun berkepala pesta, akan tetapi karena berekor Demokrasi, maka dua kata tersebut telah menciptakan makna tersendiri, yaitu tidak sekadar ada arus uang, melainkan juga harus ada nilai-nilai demokrasi.

Tapi benarkah perilaku yang demikian,,,??? Saya tidak tau pasti. Sekali ini, khusus mengenai arti Pesta Demokrasi yang sesungguhnya, saya tidak bisa membahas tuntas. Harus bersambung di edisi dan pada topik berikutnya.

Bagaimana suasana Warga Sumenep menjelang pelaksanaanPILKADA tahun ini(2020), Mencerminkan Pesta, Syukuran, atau kibul-kibul,,,??? Tunggu edisi Pembahasan berikutnya, PIKADA TAK MENARIK, MASYARAKAT PERLU LAKUKAN GERAKAN GOLPUT”.

Salam damai;

(Pernah tayang oleh cakkur.id, tanggal 02 November 2020)

- Advertisement -
Share This Article
Leave a Comment

Tinggalkan Balasan