galaksi.id. (Sumenep-Jawa Timur)— Beberapa saat setelah tayang pemberitaan mengenai akan diumumkannya Desa Terbaik oleh DPMD Kabupaten Sumenep, banyak dan berseliweran chat-chat masuk dibeberapa group What’s App dari Nitizen menanggapi perihal ini.
Kesemuanya menduga ada kesan politis dibalik penetapan juara ini, antara lain menduga bahwa penetapan Desa Juara diduga ada hubungannya dengan perolehan suaranya Fauzi-Eva dalam Pilkada tersebut.
Satu diantara banyak nitizen yang menduga demikian, datang dan berasal dari seorang tokoh muda Sumenep, Hairul, yang sebelumnya sempat ramai dikabarkan akan menjadi posisi wakil dalam Kontestasi Pilkada Sumenep tahun ini.
Tokoh Muda ini menduga bahwa penetapan desa terbaik diyakini ada hubungannya dengan kemampuan desa tersebut dalam memobilisasi suara ke Paslon Fauzi-Eva. Pasalnya, sebelumnya memang terdapat berbagai gejala keterlibatan Kepala Desa dalam memberikan dukungan kepada Paslon ini. Termasuk oleh Ketua AKD yang juga didukung oleh beberapa AKD kecamatan. Antara lain Kirno, Kades Banaresep Lenteng.
Sementara itu, diduga demikian, Kadis PMD, Moh. Ramli, S.Sos., MSi, menampik. Menolak dugaan tersebut. Penetapan juara tidak ada hubungannya dengan politik dan tidak ada relevansinya untuk dihubungkan dengan DPMD. Berikut alasan Ramli:
Pertama; Penilaian juara dilakukan oleh sebuah tim independen yang terdiri dari OPD lain yang bukan DPMD, dan bahkan oleh Akademisi dan Praktisi. Bagaimana lalu dugaan menyasar ke DPMD?;
Kedua; Penetapan Hadiah, akan dilakukan dengan suatu SK Bupati hari ini. Bukan oleh Bupati Terpilih yang dihasilkan dari Pilkada hari ini. Jadi, tidak masuk akal kalau dihubungkan dengan Paslon tertentu;
Ketiga; Penyerahan Hadiah juga akan dilakukan sebelum Pelantikan Bupati Terpilih.
Lebih lanjut, Ramli menegaskan, kritik dan koreksi, meskipun hanya didasarkan pada dugaan, tetap diharapkan ke depan karena merupakan ciri khas dari sistem pemerintahan yang demokratis. Sehingga setiap kritik patut dihormati.
Akan tetapi, bagi Ramli, setiap kritik dan koreksi perlu dilakukan dengan objektif, yaitu semua pihak perlu mendengarkan alasan masing-masing dan perlu dihindari klaim sepihak.
“Heran saya. Semua kok dihubungkan dengan politik. Tapi tidak apalah. Saya Positif Thingking saja. Dugaan apapun, yang berkaitan dengan kinerja saya, tetap saya apresiasi. Itu sebagai bentuk kepedulian warga terhadap saya, dan kepeduliannya terhadap Sumenep pada umumnya”. Ungkap Ramli sambil tersenyum tanpa beban.
Sejalan dengan aras pikir Hairul, Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Madura (YLBH-Madura), juga menduga adanya kekuatan aparatur desa yang ikut mengintervensi pemilih untuk memberikan dukungan kepada Fauzi-Eva. Hal ini ditegaskan oleh Sofari, SH., dalam rilisnya yang menyebut bahwa dalam waktu dekat pihaknya akan menggugat Bawaslu Sumenep karena telah melakukan pembiaran terhadap keterlibatan Kepala Desa dalam Pemilukada.
“Kami sedang merancang gugatan kepada Bawaslu yang melakukan pembiaran terhadap keterlibatan Kepala Desa dalam Politik praktis, yaitu secara terbuka memberikan dukungan kepada Fauzi-Eva”. (Kurniadi)