PAMEKASAN (galaksi.Id)– Bupati Pamekasan, Badrut Tamam, baru saja melakukan launching program “Bupati Peduli Lansia”, yaitu kegiatan pemberian paket santunan untuk Lansia yang penyerahannya akan dilakukan dua kali sehari yakni pagi dan sore, di Pendopo Kabupaten Pamekasan.
Kendati demikian Program tersebut mendapat kritikan dari netizen, Syakir Ransa pada media sosial facebook. Ia berpendapat, yang diperlukan Lansia bukanlah bantuan yang sifatnya sesaat, bahkan ia menilai acara launching tersebut hanya sebagai ajang menebar foto.
“Yang diperlukan dari seorang Bupati adalah kebijakan yang dapat menjamin keberlangsungan hidup para LANSIA tersebut, orientasi jangka panjang bukan sesaat sekedar nasi bungkus, Bupati punya anak buah Kepala Dinas Sosial utk mengidentifikasi, tidak usah turun sendiri kalau hanya sekali doang, apalgi sekedar foto-foto,” tulis Syakir pada laman facebooknya itu.
Lebih lanjut Syakir menjelaskan bahwa benar Lansia sudah tidak produktif, cenderung tidak kerja, tetapi bukan semua LANSIA memerlukan uluran tangan, karena bisa jadi seorang Lansia bekas pejabat yang masih dijamin hidupnya oleh negara, punya banyak usaha atau putra-putrinya sukses sehingga terjamin hidupnya.
“Tapi okelah peduli pada LANSIA, itu bagian dari perbuatan yang baik dan mulya bahkan perlu digalakkan dan disosialisasikan. Namun dlm konteks kepemimpinan perlu cara pandang yang agak terukur, akademis dan sekali-kali ngintrik; masa ia Bupati bawa rombong,” lanjut Alumni IAIN Madura itu.
Syakir yang pernah menjadi aktivis di Pamekasan itu menegaskan, yang diperlukan dari seorang Bupati adalah kebijakan yang dapat menjamin keberlangsungan hidup para LANSIA. Kebijakan yang berorientasi jangka panjang bukan sesaat sekedar nasi bungkus.
“Bupati punya anak buah Kepala Dinas Sosial untuk mengidentifikasi, tidak usah turun sendiri kalau hanya sekali doang, apalgi sekedar foto-foto,” tulisnya.
Menurut Syakir, kegiatan tersebut berpotensi memunculkan rasa tidak percaya sebagian warga. Karena Pada momen yang lain, Syakir mencontohkan, Bupati Badrut Tamam untuk menemui pendemo saja sangat susah.
“Okelah sekali-kali memang perlu turun langsung, kirim foto dan video di medsos, tetapi semua itu akan selalu dikomparasikan oleh warga dengan fenomena yang lain, seperti demo Mahasiswa yang tidak ditemui Bupati dan harus berakhir bentrok, demo PKL juga tidak ditemui hingga harus muncul ungkapan tak seronoh pada Bupati.,” pungkasnya. (SR/Red).