SUMENEP, galaksi id, – Kunjungan Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, ke Sumenep, Madura, kemarin, 30/01/2025, untuk meresmikan tugu keris yang terletak di Desa Sendang Kec. Pragaan, mendapat sorotan aktivis pemerhati budaya.
Acara yang walaupun disambut meriah oleh pemerintah daerah tersebut, akan tetapi menyisakan kekecewaan mendalam bagi aktivis kebudayaan, Kurniadi, SH. Pasalnya, Sang Menteri tidak menyempatkan diri untuk mengunjungi sentra keris, terutama Desa Aengtong-tong Kec. Saronggi Kab. Sumenep.
Dikatakan Kurniadi, perayaan dan penghormatan atas budaya perkerisan di Sumenep tidak dapat dipisahkan dengan Desa Aengtong-tong, karena merupakan satu-satunya desa yang hingga saat ini tetap Istiqomah melestarikan profesi leluhurnya, yaitu mencipta benda-benda pusaka, termasuk di dalamnya keris.
Artinya, kata Kurniadi, dalam kerangka perkerisan, Sumenep selaku pemerintah Kabupaten tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Desa Aengtong-tong. Bahkan, tanpa Aengtong-tong, Sumenep tidak layak memperoleh julukan Kota Keris.
“Sumenep tanpa Aengtong-tong, tidak layak menyandang Kota Keris”, Terang Kurniadi kepada wartawan melalui pesan teks (01/02).
Lebih lanjut pria yang populer dengan julukan Radja Hantu ini mengatakan, pergerakan budaya perkerisan di Sumenep terpusat di 3 Desa di Sumenep, yakni Desa Aengtong-tong Kec. Saronggi, Desa Aengbaja Raja dan Desa Palongan Kec. Bluto.
Tidak itu saja, kata Kurniadi, dinamika budaya perkerisan di 3 Desa ini juga menyumbang pertumbuhan ekonomi Sumenep, sehingga haruslah memperoleh perhatian dari Menteri Kebudayaan, apalagi oleh Pemerintah Kabupaten Sumenep.
Kurniadi mengatakan, kunjungan Menteri ke Sumenep, tanpa menyempatkan diri mengunjungi desa sentra keris, merupakan cermin dari pribadi sang menteri yang tidak mengerti etika budaya, karena ketika menjadikan keris sebagai Simbol Identitas Budaya Nasional yang bahkan telah diakui UNESCO, seharusnya menteri menjenguk dan mengunjungi Sentra Keris sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan.
Selain itu, Kurniadi juga menyindir Pemerintah Kabupaten Sumenep yang dinilai tidak bisa mengelola kehadiran Sang Menteri untuk bisa berkunjung ke Sentra Keris.
Hingga berita ini diterbitkan, belum ada penjelasan resmi dari pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengenai alasan ketidakhadiran menteri di Desa Keris. Namun, sejumlah sumber mengindikasikan bahwa waktu yang terbatas menjadi salah satu faktor penyebabnya. (Fendy/Red).