galaksi.id – Ketika masih berupa rencana akan pulang ke Tanah Air, Moh. Habib Rizieq Shihab (HRS) memang sudah ramai menjadi perbincangan masyarakat luas. Termasuk istana, apalagi Kepolisian. Seolah-olah HRS ini tidak perlu kembali ke Indonesia karena akan berhadapan dengan banyak kasus hukum. Selain itu, tentu karena hanya akan menimbulkan kegaduhan politik.
Ketika benar-benar pulang, benar saja. Jutaan ummat sudah tumplek blek di Bandara Soetta untuk menyambutnya yang menyebabkan terjadinya kemacetan dijalanan dan bahkan menyebabkan jadwal penerbangan banyak yang tertunda. Dirumah kediamannya jangan ditanya lagi. Banyak tokoh-tokoh besar, politisi dan ulama’ mengunjunginya. Ustadz Abdus Somad (UAS) pun, menyempatkan diri datang dari Palembang untuk berkunjung.
Selain dari kelas-kelas atas, rumah kediaman HRS juga padat dikunjungi oleh masyarakat kelas bawah. Bahkan keadaan yang paling membuat UAS terharu adalah banyaknya kaum ibu tua yang sambil menggendong anak-anak kecil rela berjalan kaki hanya untuk menyambut kepulangan HRS dan dapat mencium tangan HRS ini. Luar biasa. UAS pun terharu.
Selain itu, bersamaan dengan kedatangannya, HRS membawa misi Revolusi Akhlak yang menyebabkan banyak orang penasaran dan bertanya-tanya apa itu Revolusi Akhlak. Inilah salah satu kegaduhan yang ditimbulkan oleh HRS setibanya di tanah air.
Intinya, keadaan yang meliputi diri HRS ini, sejak dari penyambutan yang menyebabkan jalanan macet, hingga perilaku warga yang rela berjalan kaki hanya untuk dapat mencium tangan HRS inilah yang membuat Nikita merasa penasaran. Apa hebatnya HRS sehingga sangat dihormati dan dicintai oleh ummat secara demikian. Jika tidak dari Nikita sendiri, tentulah ada pihak yang dengan sengaja mengatur Nikita agar berperan demikian. Mempersoalkan keistimewan HRS.
Lebih lanjut, betapa kemudian Nikita menyebut HRS hanya Tukang Obat, tukang bikin gaduh dan suka merusak properti negara. Bahkan Nikita seolah-olah juga menyindir pendukung HRS sebagai kelompok yang menuhankan HRS, suatu perilaku keagamaan yang menurut Nikita tidak benar dan menyimpang. Jadi, pertanyaan apa istimewanya HRS tidak perlu dijawab lagi sebab Nikita sudah punya kesimpulan sendiri yang pada intinya HRS tong kosong. Tak patut di istimewakan.
Semua orang, termasuk Nikita, tentu sudah tau, kalau HRS adalah tokoh yang paling gencar melancarkan kritik terhadap Rejim pemerintah. Ia figur Pemberani, tak pernah takut, serta memiliki banyak pengikut yang mampu dikonsolidasikan sebagai kekuatan penyeimbang. Ia pun tidak memberi kesan sebagai penjilat. Ia berani berkata hak dihadapan penguasa. Artinya, dibawah sepak terjangnya, tipologi HRS memenuhi tipologi sebagai pejuang ummat dan pejuang bangsa. Bukan pejuang yang ketika diberi kursi lalu menjadi penjilat.
Mengapa Nikita yang demikian resek terhadap HRS? Apa kepentingan Nikita? Apa kapasitas Nikita untuk menilai perilaku keagamaan ummat? Jauh banget. Gak ada hubungannya. Bagi saya, sangat tidak masuk akal apabila Nikita bermaksud berlawanan dengan HRS. Latarbelakang Nikita yang hidup didunia glamor, tampilannya yang seronok dan setengah telanjang, sudah menjadi bukti ia jauh dari tradisi hidup keagamaan sehingga tidak ada kepatutan untuk menilai perilaku keagamaan seseorang apalagi perilaku tersebut bersifat massif.
Berdasarkan fakta yang demikian, tampaknya sangat tidak mungkin sikap Nikita atas dasar inisiatif pribadi. Ia bukan pribadi yang tangguh untuk urusan-urusan yang seperti ini, kecuali kalau hanya mau bertengkar dan berselisih dengan sesama rekan seprofesinya. Hal ini dapat dinilai dari sikap Nikita yang panas dingin dan kalang kabut ketika disebut “Lonte alias Penjual Selangkangan”.
Atas serangan sebagai Lonte, Nikita pun hanya mampu berargumen sekadarnya. Bahwa tuduhan tidak menghargai perempuanlah, tidak pantas untuk diucapkan oleh orang Islamlah, dan seterusnya. Lha, ucapannya sendiri terhadap HRS apa menghargai Ulama yang nyata-nyata telah memiliki banyak pengikut? Dari sini saja sudah tampak betapa bodohnya Nikita ini. Yang seperti ini yang mau melawan HRS? Tidak mungkin.
Yang paling mungkin adalah bahwa Nikita sengaja diperankan demikian oleh sekelompok kepentingan yaitu dengan mengandalkan watak Nikita yang memang “pemberani”. Hal ini dapat dilihat dari mulai bermunculannya beberapa tokoh agama dan beberapa petinggi-petinggi negara yang mengeluarkan pernyataan yang mencela HRS sehingga seolah-olah telah memberikan dukungan moral kepada Nikita agar tidak takut dan terus melawan. Sampai disini, kita pun boleh menduga bahwa keberanian Nikita menyerang HRS, tentu karena dukungan oleh pihak-pihak ini.
Dugaan di atas kiranya cukup beralasan apabila dihubungkan dengan sikap polisi yang ketika kepulangan HRS masih berupa kabar burung, Polisi sudah mengeluarkan statemen dan pernyataan-pernyataan yang menakutkan. Bahwa Polisi akan menyiapkan dan mengumpulkan barang bukti untuk kasus-kasus HRS.
Jadi, sudah bisa ditebak siapa yang berada dibalik Nikita. Ada sekelompok oknum yang punya rencana jahat untuk merusak citra dan Wibawa HRS sebagai simbol kekuatan oposisi dari kalangan ulama’. Dengan demikian juga terbukti, kalau keberadaan HRS di tanah air memang tidak dikehendaki oleh Rejim pemerintahan.
Sumenep, 17 November 2020;